Oleh :
Ari Fauzi Sabani
Pemanfaatan
minyak kayu putih sebagai minyak oles penghangat tubuh sudah lama berkembang di
masyarakat. Namun, di tangan Prof Dr Ir C Hanny Wijaya ekstrak minyak kayu
putih ini dapat dijadikan sebagai bahan baku permen yang nikmat dan berkhasiat
bernama Cajuput Candy.
Terinspirasi
dari kebiasaan masa kecilnya meminum air yang telah ditetesi minyak kayu putih
pada saat terkena masuk angin dan kebingungannya mencari cenderamata khas
indonesia yang ramah dikantong untuk rekan-rekannya di Jepang, sejak tahun 1997
Prof Dr Ir C Hanny Wijaya dan tim telah mengembangkan Cajuput Candy sebagai
produk confectionary berupa permen keras pelega tenggorokan yang
berbahan dasar minyak atsiri kayu putih yang diperoleh melalui proses distilasi
dari daun dan kulit kayu tanaman herbal Indonesia Malaleuca cajuputi
(Ketaren 1990). Sejauh ini , produk yang dipatenkan pada tahun 2002 ini
telah memperoleh penghargaan sebagai 103 Inovasi Indonesia (2011), Anugerah
Kekayaan Intelektual Luar Biasa pada tahun 2012, mendapat pengakuan sebagai
Asean Food Products pada 13th ASEAN Food Conference 2013 di Singapura, dan
telah terdaftar di BPOM RI dengan nomor MD 624410004005 serta telah
tersertifikasi halal oleh MUI dengan No 00110067461213.
Menurut
Budavari 1989, senyawa bioaktif dalam minyak kayu putih berfungsi sebagai expectorant
dan antiseptik untuk meringankan sakit tenggorokan, anti inflamasi, dan
antifungal. Selain itu juga minyak kayu putih dapat digunakan untuk mengobati
batuk dan pilek, sakit/kram perut, masuk angin, serta asma (Lassak dan McCarthy
1983).
“Manfaat
dari permen kayu putih adalah untuk menghangatkan tubuh, melegakan tenggorokan,
mencegah karies gigi bahkan mencegah gigitan nyamuk. Hal ini karena saat
mengulum permen, aroma kayu putih keluar dari mulut dan membuat nyamuk kabur”
ujar Dosen ITP-IPB ini pada Seminar Nasional Food Day Festival (12/10).
Seiring semakin
berkembangnya produk ini, beberapa inovasi terhadap produk pun dihadirkan
seperti Non-Sucrose Cajuput Candy yang rendah kalori dengan ingredient
utama isomalt yang diperkaya flavor buah, dan Cajuput candy rasa Honeydew.
Bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, cajuput
candy telah diteliti mampu menghambat pembentukakan biofilm bakteri Streptococcus
mutans, dan Streptococcus sobrinus yang biasa menyebabkan karies
pada gigi, serta mampu menghambat viabilitas dan pembentukan biofilm Candida
albicans sehingga permen ini mempunyai potensi menjaga homeostasis
mikroflora dalam mulut dan berfungsi sebagai oral health care yang mampu
mencegah karies pada gigi dan infeksi pada luka di rongga mulut.
Cajuput
candy muncul sebagai produk yang bercirikan muatan lokal,
simpel, praktis, murah dan menyehatkan. Bahan utamanya adalah minyak atsiri
dari tanaman kayu putih yang diambil dari Pulau Buru, Kepulauan Maluku. Tanaman
kayu putih bukan hanya terdapat di Pulau Buru, tapi hampir di setiap wilayah di
Indonesia seperti di Jawa Tengah juga terdapat sentral kayu putih yang dibuat
untuk minyak oles.
“Dipilihnya
kayu putih dari Pulau Buru didasarkan hasil penelitian komponen gas
kromatografi yaitu analisis penyusun komponen sampel, dimana minyak kayu putih
dari kayu putih Pulau Buru dari segi organoleptik lebih disukai” ujar Prof Dr
Ir Hanny Wijaya pada Seminar Nasional Food Day Festival (12/10).
Cajuput
candy dapat dibeli di Bread Unit IPB Dramaga, Serambi Botani,
Agrimart IPB, dan berbagai toko di kawasan IPB dengan harga antara Rp 3000 - Rp 5000 per bungkus (1 bungkus isi 5 butir
permen). Sejauh ini, tingkat penerimaan terhadap permen ini positif dan tingkat
permintaannya cenderung meningkat, meskipun sebagian besar orang awam akan
sedikit ragu ketika pertama kali akan mencobanya karena ketidaklaziman minyak
kayu putih dikonsumsi.
Tantangan
selanjutnya yang sedang dijalankan oleh Prof Dr Ir Hanny Wijaya dan tim adalah
pengembangan cajuput candy dalam bentuk chewy candy. Prof Dr Ir Hanny Wijaya
berharap produk Cajuput Candy mampu menjadi inisiator yang menjadikan
Indonesia sebagai produsen permen herbal bercitarasa nusantara yang dikenal
oleh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar