Selasa, 21 Januari 2014
Senin, 20 Januari 2014
ANOMALI NEGERI
Oleh : Ari Fauzi Sabani
Wahai Air.........Mengapa kau menari di atas teras negeriku
Apakah kamu iri pada kami yang selalu peduli
Pada malam-malam yang terlupakan
Dan siang yang mengerang kesakitan
Wahai Langit .........
Mengapa kau terus menangis
Gemercikmu memecah tangis di pemukiman
Lambaikan kelemahan di awal kesadaran
Memeluk penyesalan di ujung jalan kelaparan
Bahagiaku tak terlihat lagi di cermin
Apakah kamu tau dia tak bisa berenang?
Mengapa kau tak tanyakan itu sebelumnya?
Terbunuhlah aku pada kedalaman yang kosong
Sekarat tak mampu meneruskan kalimat
Demikianlah kebodohan
Aku menyalahkanmu
Wahai Negeri....
Berbisiklah pada Tuhan
Engkau ditikam senyap ketidakpeduliaan
Tak perlu kau cari dimana api
Buanglah......buanglah......buanglah......
Matahari terasa mendingin
Anomalikan negeri pada kemurungan
Semoga kepedulian ini tak jemu berduduk manis
PENGARUH PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KETAHANAN PANGAN
Selama
bertahun-tahun kita telah terus menerus melepaskan karbondioksida ke atmosfir
dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti batubara, gas
bumi dan minyak bumi. Hal ini telah menyebabkan meningkatnya selimut alami
dunia, yang menuju kearah meningkatnya suhu iklim dunia, dan perubahan iklim. Perubahan Iklim adalah suatu keadaan
berubahnya pola iklim dunia. Suatu daerah mungkin mengalami pemanasan, tetapi
daerah lain mengalami pendinginan yang tidak wajar. Akibat kacaunya arus dingin
dan panas ini maka perubahan iklim juga menciptakan fenomena cuaca yang kacau,
termasuk curah hujan yang tidak menentu, aliran panas dan dingin yang ekstrem,
arah angin yang berubah drastis, dan sebagainya.
Masalah
utama akibat perubahan iklim adalah ketidakteraturan suhu dan pola hujan.
Ketidakteraturan ini dapat mengakibatkan kekeringan dan banjir serta kenaikan
permukaan air laut. Perubahan pola sebuah peristiwa ektreme, seperti
peningkatan frekuensi dan intensitas kekeringan dan banjir, akan mempengaruhi
stabilitas, serta akses ke pasokan makanan. Kerawanan pangan dan hilangnya mata
pencaharian dapat lebih diperburuk oleh hilangnya sumberdaya pertanian.
Fenomena ini mendegradasi produktivitas sektor pertanian dalam memenuhi
kebutuhan pangan manusia. Organisasi
Pangan dan Pertanian PBB (FAO),
mengeluarkan peringatan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan
global dapat menurunkan hasil pangan dan menimbulkan kelaparan diberbagai
belahan bumi ini. Akibat dari pemanasan global ini bukan hanya menurunkan
produksi pangan, tetapi dapat mengakibatkan menurunnya luas lahan pertanian dan
meningkatkan berbagai hama dan penyakit. Kenaikan suhu permukaan bumi akan
membuat pola hidup tanaman pertanian menjadi terganggu. Dengan demikian ancaman
gagal panen yang berdampak pada ketahanan pangan kian menjadi nyata.
Kemudian pertumbuhan jumlah
angka penduduk yang semakin meningkat patut menjadi sebuah kekhawatiran besar,
mengingat selaras dengan hal tersebut kebutuhan pangan juga akan tinggi,
sementara produktifitas hasil pertanian menurun oleh pengaruh perubahan iklim.
Peluang terjadinya krisis pangan secara global, bukan hal mustahil untuk
terjadi, jika persoalan perubahan iklim tidak disikapi sejak dini. Menurut
informasi dari organisasi Food Agriculture Organisation (FAO) yang dirilis pada
2010, memprediksikan bahwa mulai 2030 mendatang, akan terjadi bencana kelaparan
global yang yang dialami oleh beberapa negara berkembang di kawasan Asia,
Afrika, dan Amerika latin. Kondisi tersebut merupakan dampak dari produksi
pangan yang lebih rendah dari permintaan yang diperparah oleh fenomena
perubahan iklim global.
Secara umum masalah ketahanan
pangan sebagai implikasi dari fenomena perubahan iklim dapat dikelompokan
sebagai berikut :
1. Terganggunya Penyediaan Pangan
O Kenaikan temperature sebagai
implikasi dari perubahan iklim akan menurunkan produktivitas pertanian.
O Terjadinya perubahan masa tanam
yang cocok, karena suatu daerah dapat tiba-tiba mengalami banjir atau
kekeringan yang silih berganti.
O Terjadinya
eksplosi serangan
hama dan penyakit.
O Variabilitas jumlah dan
distribusi hujan menyebabkan kejadian banjir di musim basah, dan kekeringan di
musim kering, selanjutnya akan berdampak terhadap produktivitas pertanian.
2. Terganggunya Distribusi pangan
O Terganggunya ketersediaan pangan disuatu daerah (khususnya daerah
kepulauan).
O Terjadi gejolak harga.
Tantangan perubahan
iklim adalah adanya distrosi pada pasokan pangan baik global, regional
maupun nasional, gejolak harga,
dan terjadinya kerawanan pangan. Akibat dari pengaruh perubahan iklim terhadap sektor pertanian dapat berupa
penciutan lahan pertanian akibat kenaikan permukaan air laut, gagal tanam dan
gagal panen, bencana banjir maupun kekeringan dan kerusakan jaringan irigasi. Dalam konteks mewujudkan
ketahanan pangan global yang dihadapkan dengan berbagai perubahan lingkungan
yang strategis salah satunya perubahan iklim global, diperlukan kerjasama antar
negara yang lebih baik dalam pengembangan dan penerapan/diseminasi teknologi
inovasi pembangunan pertanian yang pro poor dan pro
environment serta didukung oleh sistem perdagagangan produk
pertanian/pangan yang lebih adil. Strategi adaptasi sektor pertanian pada
konteks perubahan iklim dalam menjamin ketahanan pangan merupakan prioritas
yang semestinya tidak bisa ditawar. Perumusannya melibatkan sektor yang terkait
dan stakeholder lainnya termasuk dari kalangan akademisi. Untuk menghasilkan
strategi yang aplikatif yang bisa dipakai khalayak banyak, misalkan
pengembangan dan pemanfaatan varietas unggul yang tahan terhadap cuaca ekstrem.
Daftar
Pustaka
Susandi
A, Tamamadin M, Nurlela I. 2010. Fenomena Perubahan Iklim dan Dampaknya
terhadap Ketahanan Pangan di Indonesia. Bandung : Sains Atmosfer, ITB.
Kekominfo. 2011.
Ketahanan Pangan dalam Perubahan Iklim Global. Jurnal Dialog Kebijakan
Publik 4 : 21 – 28.
Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. 2011. Tantangan Perubahan Iklim Global
dalam Mencapai Ketahanan Pangan Nasional. Seminar
Nasional “Optimiying Rome-Based UN Agencies Program by strenghthening the
role of universities agriculture development in Indonesia”.
Syaukat
Y. 2011. The Impact of Climate Change on Food Production and Security and Its
Adaptation Programs in Indonesia. J ISSAAS 17(1) :40-51.
FORTIFIKASI VITAMIN A PADA MINYAK GORENG
Oleh : Ari Fauzi Sabani
Kebanyakan masyarakat Indonesia masih mengalami masalah defisiensi
gizi mikro. Defisiensi ini bahkan bukan
hanya terjadi pada masyarakat miskin saja, masyarakat menegah ke atas pun
sebagian masih mengalaminya. Salahsatu masalah defisiensi gizi mikro yang yang
utama dihadapi ini adalah kekurangan vitamin A. Padahal, manfaat vitamin A bagi tubuh bukan hanya
untuk kebaikan atau kesehatan mata. Vitamin A juga bermanfaat untuk imunitas,
menurunkan kesakitan kematian, faktor pertumbuhan, dan juga sebagai antioksidan
(pencegah kanker). Vitamin A banyak terdapat pada makanan-makanan yang harganya
mahal seperti pada daging, susu, dan seafood yang kurang dapat dijangkau oleh
masyarakat kebanyakan. Meskipun vitamin A ada pada buah dan sayuran, tetapi
jumlah yang dikonsumsinya harus banyak. Beberapa solusi yang dapat yang dapat
dilakukan untuk penanggulangan kekurangan vitamin A adalah diversifikasi
pangan, suplementasi vitamin A dosis tinggi dan fortifikasi pangan. Pemberian
suplemen atau kapsul vitamin A masih tergolong mahal bagi masyarakat, sehingga solusi
yang paling efektif dan efisien yang dapat digunakan adalah fortifikasi vitamin
A.
Fortifikasi pangan merupakan salah satu teknologi penambahan zat
gizi tertentu pada produk pangan, yang umumnya bertujuan untuk intervensi
pangan. Teknologi fortifikasi ialah penambahan zat gizi dalam jumlah yang cukup
pada suatu produk pangan, sedemikian rupa sehingga produk tersebut dapat
berfungsi sebagai sumber yang baik bagi zat gizi yang ditambah, bagi masyarakat
target yang telah ditentukan (Purwiyatno 2011).
Permasalahan pada fortifikasi vitamin A adalah mencari wahana atau
“vehicle” atau pasangan yang tepat untuk dijadikan objek fortifikasi vitamin A.
Kandidat bahan pangan yang dapat digunakan untuk fortifikasi saat ini adalah
minyak goreng. Beberapa alasan yang membuat minyak goreng potensial sebagai
kendaraan fortifikasi vitamin A adalah karena minyak goreng merupakan komoditas
kedua setelah beras yang dikonsumsi oleh lebih dari 90% penduduk Indonesia,
konsumsi minyak goreng per kapita yang mencapai lebih dari 23 gram (lebih dari
10 gram jumlah minimum untuk fortifikasi), rumah tangga rata-rata menggunakan 1-3
kali minyak goreng untuk penggorengan. Stabilitas vitamin A selama penyimpanan
dan penggorengan juga telah teruji (retensi selama penggorengan tinggi), dan
dibuktikan dengan berbagai penelitian bahwa konsumsi minyak goreng
berfortifikasi vitamin A terbukti mampu meningkatkan status vitamin A anak usia
sekolah.
Minyak goreng yang ditambahkan vitamin A adalah minyak goreng yang
diperoleh dari kelapa sawit. Minyak goreng yang diproduksi industri sebetulnya
sudah mengandung betakaroten atau pro vitamin A yang jika dimasak akan berubah
menjadi vitamin A. Akan tetapi minyak goreng berwarna merah tidak laku di
pasaran. Konsumen lebih menyukai dan menginginkan minyak goreng yang jernih.
Akibatnya produsen menjalankan proses penjernihan yang menghilangkan kandungan
betakaroten. Untuk itu, minyak goreng kelapa sawit perlu ditambahkan lagi
vitamin A.
Fortifikasi minyak goreng tidak berbahaya dan tidak akan
menyebabkan keracunan karena bentuknya berupa liquid (cairan) serta sudah
disesuaikan dengan standar yang berlaku. Dosis fortifikasi vitamin A pada
minyak goreng sudah diperhitungkan secara internasional, yakni sekitar 15
(ppm), atau misalnya dalam 8 ton minyak hanya diperbolehkan mengandung 0,5 Kg
Vit A.
INTELEGENSI & FORTIFIKASI
Masalah gizi mikro
utama di Indonesia diantaranya adalah Gangguan akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY merupakan salah
satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena dapat menyebabkan berbagai
penyakit yang mengganggu kesehatan antara lain gondok, kretenisme, reterdasi mental dll. Iodium merupakan zat
gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon tirokin. Apabila jumlah iodium
yang tersedia tidak mencukupi, produksi tiroksin menurun, akibatnya sekresi
triglobulin oleh sel tiroid meningkat yang menyebabkan kelenjar membesar dan
terjadi hiperplasia yang mengakibatkan gondok (Cahyadi 2004). Tercukupi
iodium dapat mencegah gangguan otak yang dapat menimbulkan menurunnya kemampuan
intelektual, melambatnya kemampuan psikomotor dan menyebabkan retardasi mental.
Iodium juga bermanfaat mengatur tingkat oksidasi dalam setiap sel pada jaringan
tubuh yang aktif atau aksi calorigenic, mengatur fungsi syaraf dan jaringan
otot, memperkuat otot-otot rangka hingga peredaran darah.
Kenyataannya, pengaruh zat yang satu ini bagi
kecerdasan adalah bagaikan garam dalam sayur. Walaupun sedikit, tapi sangat diperlukan.
Akibat kekurangan yodium, bangsa kita dilaporkan telah kehilangan 140 juta
angka IQ (Intelligence Quotient point), yakni angka yang menunjukkan tingkat
kecerdasan seseorang. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya
manusia Indonesia, khususnya generasi penerus bangsa kita.
Penelitian
pada anak sekolah yang tinggal di daerah kekurangan yodium menunjukkan prestasi
sekolah dan IQ kurang dibandingkan dengan kelompok umur yang sama yang berasal
dari daerah yang berkecukupan yodium. Dari sini dapat disimpulkan kekurangan
yodium mengakibatkan keterampilan kognitif rendah. Semua penelitian yang
dikerjakan di daerah kekurangan yodium memperkuat adanya bukti kekurangan
yodium dapat menyebabkan kelainan otak yang berdimensi luas. Dalam penelitian
tersebut juga ditegaskan, dengan pemberian koreksi yodium akan memperbaiki
prestasi belajar anak sekolah. Faktor penentu kadar T3 otak dan T3 kelenjar
hipofisis adalah kadar T4 dalam serum, bukan kadar T3 serum.. Kadar T3 otak
yang rendah, yang dapat dibuktikan pada tikus yang kekurangan yodium,
didapatkan kadar T4 serum yang rendah, akan menjadi normal kembali bila
dilakukan koreksi terhadap kekurangan yodiumnya. Keadaan ini disebut sebagai
hipotiroidisme otak, yang akan menyebabkan bodoh dan lesu, hal ini merupakan
tanda hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Keadaan lesu ini dapat kembali
normal bila diberikan koreksi yodium.
Diantara strategi - strategi penghapusan
GAKY untuk jangka panjang adalah fortifikasi yodium. Fortifikasi yodium adalah
penambahan yodium dalam jumlah tertentu pada suatu produk pangan sedemikian
rupa sehingga produk tersebut dapat berfungsi sebagai sumber penyedia yodium,
terutama bagi masyarakat yang mengalami kekurangan yodium. Sampai tahun 60an,
beberapa cara suplementasi yodium kedalam berbagai jenis pangan pembawa seperti
garam, roti, susu, gula dan air telah dicoba. Iodisasi garam menjadi metode
paling umum yang dapat diterima oleh banyak negara di dunia, sebab garam
merupakan bahan pangan yang murah, mudah didapat dan dikonsumsi setiap hari
oleh seluruh lapisan masyarakat disegala tingkat ekonomi. Disamping itu, kadar
dan cara konsumsi garam bisa dikatakan hampir seragam, prosesnya sederhana dan
tidak mahal.
MISTERI TENTANG MIE
Setelah nebeng fieldtrip ke PT Indofood CBP cabang cibitung khususnya ranah Mie Instan, otak gue serasa tertobatkan atas kemacetan pikiran yang disebabkan mitos-mitos mie instan yang berseliweran. Yah postingan ini juga sebagai bentuk rasa syukur gue kepada Tuhan karena telah menciptakan sebongkah penolongan pertama pada kelaparan yang terjadi malam-malam. Entahlah orang lain setuju atau enggak, gue pikir mie instan udah jadi makanan pokok kedua setelah nasi. Tapi gua bingung orientasi si mie instan ini kemana? kalo emang statusnya makanan pokok, kenapa sering gue liat dia berduaan sama si nasi?. Kayaknya sih si emie ini emang artis papan atas, papan tengah, dan papan bawah, buktinya dia sering banget digosipin. Salahsatu gosip yang paling hot hot hot nya....katanya sih si emie ini kepergok lagi mengandung lilin (mungkin dihamilin si lilin?? Udah berapa bulan bu mengandungnya???). Apakah benar mie instan mengandung lilin? (kalo beneran iya mungkin kalo mati lampu bisa dipake hehehe). Berikut penjelasan Prof.Dr.F.G.Winarno, mantan Presiden Codex Dunia (Tau gak codex? codex itu kayak badan standarisasi tentang semua hal yang menyangkut pangan dunia) & Ketua Dewan Pakar PIPIMM (Pusat Informasi Produk Industri Makanan dan Minuman) (salahasatu guru besar kampus gue) mengenai mie instan.
Mitos : Mie instan mengandung lilin. Oleh karena itu, ketika dimasak airnya menguning.
Fakta : SALAH. Mie instan tidak menggunakan lilin. Lilin adalah senyawa inert untuk melindungi makanan agar tidak basah dan cepat membusuk. Lilin sebenarnya ada pada makanan alami, spt apet/kubis. Kubis jika dicuci dengan air tidak langsung basah, atau apel yang jika di gosok akan mengilap. Itulah lilin yang memang diciptakan alam. Kata bapak-bapak yang di Indofood yang terlihat seperti lilin pada mie instan itu sebenarnya adalah hasil dari proses penggorengan pada pembuatan mie menggunakan minyak.
Mitos : Mie instan menggunakan bahan pengawet yang berbahaya bagi kesehatan.
Fakta : Dalam proses pembuatannya mi instan menggunakan metode khusus agar lebih awet, namun sama sekali tidak berbahaya. Salah satu cara pengawetan mie instan adalah deep frying yang bisa menekan rendah kadar air (sekitar 5%). Metode lain adalah air hot drying (pengeringan dengan udara panas). Inilah yang membuat mi instan bisa awet hingga 6 bulan. asalkan kemasannya terlindung secara sempurna. Kadar air yang sangat minim ini, tidak memungkinkan bakteri pembusuk hidup apalagi berkembang biak. Malah mi instan tidak beraroma tengik serta tidak menggumpal basah. Langkah terakhir untuk memastikan mie instant layak konsumsi adalah perhatikan dengan seksama tanggal kadaluarsanya
Mitos : Metode dua air terpisah adalah cara terbaik memasak mie
Fakta : Justru air rebusan mi pertama yang mengandung kandungan takaroten yang tinggi. Semua vitamin (dari minyak dan bumbu) yang larut dalam air terdapat dalam air rebusan pertama ketika memasak mie. Apabila air rebusan di ganti dengan air matang baru, semua vitaminnya menghilang. Selain itu, minyaklah yang membuat mi (atau makanan lain) lebih enak. Jadi air rebusan pertama tidak perlu dibuang. Dan kandungan betakaroten juga tecoferol dalam minyak sangat berguna memenuhi kebutuhan gizi.
Mitos : Penggunaan styrofoam berbahaya bagi kesehatan, apalagi jika styrofoam terkena air panas, seperti ketika memasak mi instan dalam cup.
Fakta : Styrofoam untuk mie instan cup terbukti aman di gunakan, karena telah melewati standar BPOM ( Badan Pengawas Obat dan Makanan. Cup yang dipakai mie instan adalah styrofoam khusus untuk makanan. ia memang bisa menyerap panas, ini terbukti setelah di seduh air panas, tidak terasa panas di tangan ketika dipegang. Tetapi karena proses pressingnya memenuhi standar, tidak menyebabkan molekul styrofoam larut (rontok) bersama mi instan yang di seduh air panas. Jadi, jika selama ini khawatir dengan mi instan menempel pada cupnya ketika di seduh air panas, sematamata disebabkan tingginya kadar minyak dalam mi (sekitar 20%). Desain pun dibuat berbeda yaitu dengan menambahkan gerigi dibagian atas cup, sehingga tak langsung panas di tangan. Selain itu, expandable polysteren yang di gunakan mie instan cup telah melewati penelitan BPOM dan Japan Environment Agency sehingga memenuhi syarat untuk mengemas produk pangan. Berdasar penelitian tsb, kemasan ini aman digunakan.
Mitos : Mie instan kenyal karena bahan bakunya adalah karet.
Fakta : Sama sekali tidak ada bahan karet dalam bahan baku mie instan. Mie instan dibuat dari bahan bahan berkualitas tinggi dan pilihan terbaik seperti tepung terigu yang sudah difortifikasi dengan zat besi, zinc, vitamin B1,B2 dan asam folat. Begitu pula dengan bumbu, yaitu bawang merah, cabe merah, bawang putih, dan rempahrempah. Pembuatannya pun digarap serius. Melewati proses pengeringan yang telah dipaparkan sebelumnya, seperti hot air drying atau deep frying. Karena itulah mie instan kenyal dan tidak mudah putus.
Nah udah taukan kebeneran dari gosip tadi,,makannya "TELITI SEBELUM BERPERSEPSI". Postingan ini juga bukan bentuk kampanye untuk banyak2 makan mie....yang pasti niatnya cuman ingin berbagi. Selamat mengkaji, mengomentari, dan berkreasi.
Jumat, 17 Januari 2014
Kamis, 16 Januari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)