Selasa, 14 Oktober 2014

LALAPAN, SEHATKAH?


Oleh : Ari Fauzi Sabani


         Masyarakat Indonesia terutama dari suku sunda pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya lalapan. Pelengkap yang berasal dari berbagai sayuran ini menyerupai salad yang terkenal sebagai makanan orang barat. Perbedaannya salad dikonsumsi dengan saus (dressing), sedangkan lalapan biasa disantap bersama nasi hangat, lauk, dan sambel terasi. Sayuran yang biasa dijadikan sebagai lalapan diantaranya daun kemangi, daun singkong, mentimun, kol, terong bulat, daun singkong, labu siam, pare, wortel, selada, daun bayam dan sebagainya. Seperti telah diketahui, mengkonsumsi sayuran merupakan hal penting yang harus dilakukan manusia agar tetap sehat. Sayuran pada dasarnya banyak mengandung mineral, serat, vitamin, dan antioksidan yang dibutuhkan oleh manusia, seperti halnya wortel yang banyak mengandung karotenoid, atau  daun bayam yang merupakan sumber vitamin E, dan zat besi. Berdasarkan hal tersebut,  Apakah benar lalapan merupakan makanan sehat?

Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya aspek kelezatan (cita rasa dan flavour), kandungan zat gizi dalam makanan dan aspek kesehatan masyarakat. Makanan yang menarik, nikmat dan tinggi gizinya menjadi tidak berarti sama sekali jika tidak aman untuk dikonsumsi. Hal ini dapat disebabkan karena makanan bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit. Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan memegang peranan penting dalam pembentukan senyawa yang memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan tidak layak makan. Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi makanan dapat membahayakan bagi yang mengkonsumsinya. Makananan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu kualitas makanan baik secara bakteriologi, kimia dan fisik harus selalu diperhatikan. Kualitas dari produk pangan untuk dikonsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme

Lalapan berasal dari sayuran, sehingga sudah tidak diragukan lagi bahwa lalapan memiliki zat gizi sesuai jenis lalapannya. Sayuran lalapan biasa dikonsumsi secara mentah, karena dilihat dari tekstur dan organoleptiknya lalapan ini memungkinkan untuk dikonsumsi secara mentah. Karena dikonsumsi secara mentah zat gizi yang terkandung pada lalapan tidak mengalami perubahan. Namun hal tersebut menimbulkan konsekuensi dan resiko kontaminasi mikroba patogen dan senyawa kimia beracun pada lalapan yang kita konsumsi.

            Menurut Prof.Dr.Ir.MadeAstawan (ahli teknologi pangan dan gizi IPB) faktor-faktor yang perlu dicurigai dalam mengonsumsi lalapan mentah adalah residu pestisida akibat pencucian yang tidak sempurna, pasalnya beberapa zat kimia dalam pestisida tidak bisa hilang meski dicuci. Kontaminasi mikroba patogen yang menimbulkan penyakit seperti penyakit tifus oleh bakteri Salmonella typhi, disentri oleh Shigella dysentriae, kolera oleh Vibrio cholerae, tuberkulosis oleh Mycobacterium, dan  Eschericia coli yang dapat menimbulkan diare. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya kontaminasi dari air pencuci dari sumber yang tercemar atau penggunaan humus yang berasal dari kotoran hewan karena sebagian besar sayuran merupakan tanaman pendek yang jaraknya sangat dekat dengan tanah. 
 
         Sebuah penelitian menunjukan bahwa sebanyak 4% dari seluruh sampel selada segar dari berbagai pasar tradisional di Bogor yang diuji teridentifikasi terkontaminasi Salmonella (Agustin 2004). Adanya Salmonella tersebut diperkirakan karena terjadinya kontaminasi feses manusia dan hewan saat pra panen sampai rentang waktu penjualan. Penelitian lain menunjukan bahwa berdasarkan kandungan bakteri E. Coli pada sayuran lalapan di pasar tradisional, supermarket dan restoran di Kota Medan pada sampel kemangi yang diuji seluruhnya memenuhi syarat kesehatan, sampel kol dan selada seluruhnya tidak memenuhi syarat kesehatan, sedangkan sampel terong dari  pasar tradisional tidak memenuhi syarat kesehatan (Flroensi et al. 2012)

       Berdasarkan uraian diatas, dari segi kandungannya lalapan merupakan makanan yang sehat, namun hal tersebut akan menjadi percuma apabila penanganan pra-konsumsi untuk menghilangkan bahaya dari mikroba-mikroba patogen dan senyawa beracun pada lalapan tidak dilakukan dengan benar dan higyenis. Hal yang dapat dilakukan sebelum mengonsumsi mentah sayuran lalapan  untuk menghilangkan kontaminasi dari mikroba dan senyawa kimia berbahaya yaitu pencucian dengan air yang mengalir yang tidak tercemar, pencucian dengan air asam (cuka, air lemon, air jeruk nipis) atau dicuci dengan larutan Kalium Permanganat 0,02% kemudian dibilas dengan air matang yang sudah dingin. 

        Konsumsi lalapan matang pun lebih disarankan karena dinilai lebih aman meskipun dimungkinkan terdapat beberapa zat gizi dalam lalapan yang hilang atau rusak akibat proses pemasakannya. Pemasakan sayuran untuk lalapan harus dilakukan sedemikian rupa agar teksturnya tidak hancur. Pemasakan sebaiknya dilakukan dengan teknik blansir, yaitu pelunakan bahan dengan cara pencelupan beberapa saat (sekitar 5 menit) pada suhu air mendidih, yang kemudian segera disiram dengan air dingin (matang) agar pemanasan tidak berlanjut. Pemasakan dengan teknik blansir ini dinilai mampu meminimalisir kerusakan zat gizi pada lalapan, membunuh mikroba patogen, mengubah senyawa komplek menjadi sederhana sehingga mudah dicerna, menginaktifkan senyawa alami beracun, dan menguraikan residu pestisida agar tidak berbahaya bagi tubuh manusia. 

Pustaka
Agustin D. 2004. Prevalensi Salmonella pada Selada Segar di Pasar Tradisional Daerah Bogor dan Evalusai Prosedur Pengujiannya [Skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Florensi et al. 2012.  Pemeriksaan E. Coli dan larva cacing pada sayuran lalapan kemangi, kol,  selada, terong yang dijual di pasar tradisional, supermarket, dan restoran di Kota Medan [Laporan Penelitian]. Medan (ID) : Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar