Selasa, 27 Oktober 2015

HIMITEPA Menginvasi BARA


Oleh : Ari Fauzi Sabani



Sudah sejak lama BARA (red; Babakan Raya) dinobatkan sebagai pusat kulinernya IPB, hal ini menjadikannya sebagai pusat perhatian berbagai pihak terutama mahasiswa. Namun, kesan semrawut dan kotor seringkali terlontar dari pengunjung  yang baru pertama kali menyambangi daerah tersebut. Berbagai isu tidak menyenangkan telah lama berkembang di sela-sela percakapan singkat ataupun diskusi formal yang alot. Tidak bisa dipungkiri BARA telah menjadi objek vital perekonomian dengan kompleksitas permasalahannya yang sampai saat ini masih dicarikan solusinya, Bersama Direktorat Pengembangan Bisnis IPB, HIMITEPA mencoba meletakkan pondasi untuk memicu keterlibatan semua pihak dalam penyelesaian permasalahan ini.

Rangkaian hari ke-2 dari Canteen Development Program yang dicanangkan oleh tim Ksatria Peduli Pangan (Kapangan) aliansi sahabat pedagang ini diawali dengan proses survey, inspeksi, dan pengambilan sampel terhadap beberapa pedagang di BARA. Sampel yang diambil diantaranya mie basah, tahu, bakso, es batu, dan saos yang selanjutnya akan dilakukan pengujian terhadap sampel. “Meskipun fasilitas dan tempat seadanya, saya selalu berusaha menyajikan makanan yang saya jual terjamin kualitas dan kebersihannya. Saya selalu membersihkan kios saya minimal dua kali sehari” Tutur pak Amran pedagang Mie Aceh Darussalam BARA. Luaran yang diharapkan dari program ini adalah terciptanya kondisi yang nyaman dan bersih, serta kualitas makanan yang terjamin keamanannya. Pedagang dihimbau untuk terus berkomitmen menjaga higienitas dan sanitasi cara pengolahan produknya dan juga lingkungan kios tempat ia berjualan. Hal ini tentu akan berefek positif bagi pedagang untuk meningkatkan minat konsumen membeli makananan/minuman ditempatnya. Konsumen pun diharapkan mampu berperan aktif terhadap keberhasilan program ini, salahsatunya dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kebersihan di sekitar BARA.

Cikarawang Kecipratan Hibah Bina Desa lewat HIMITEPA & Mandjarica

Oleh : Ari Fauzi Sabani






Sabtu (10/10) menjadi penanda dimulainya program hibah bina desa yang diusung Ksatria Peduli Pangan aliansi Sahabat Desa. Program yang diselenggarakan di kp. carang pulang ini melibatkan dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok wanita tani (KWT) Melati dan Dahlia. Kegiatan ini diikuti dengan sangat antusias dari peserta yang berjumlah 25 orang dan 2 diantaranya adalah petani muda jambu Kristal. Pelatihan pembuatan sari buah, permen jelly, dan dodol jambu Kristal menjadi tema yang diusung pada inisiasi program. Produk-produk tersebut nantinya akan diperkenalkan dengan merek dagang MANDJARICA. “Adanya pelatihan ini sangat bermanfaat untuk memperkaya wawasan dan kreatifitas petani dan anggota KWT, terlebih  produk olahan ini terhitung baru dari segi bahan baku jambu kristal. Saya berharap program ini terus berlanjut sampai produk terkomersilkan dengan baik dan menjadi produk unggulan desa cikarawang” tutur pak Ahmad Bastari selaku Ketua GAPOKTAN desa Cikarawang. 

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di kecamatan Dramaga, Bogor yang terkenal sebagai sentra penghasil jambu kristal. Hasil panen jambu kristal memiliki kualitas yang berbeda-beda yang dipengaruhi penampilan fisik buah, seperti warna dan kemulusan kulit buah. Kegiatan budidaya jambu kristal menjadikan hubungan dan ikatan sosial antar masyarakat semakin kuat melalui kegiatan gotong royong dan penjaringan tenaga kerja pertanian. Namun, permasalahan subsistem off-farm seringkali dihadapi oleh para petani, masalah yang dihadapi ialah rendahnya harga jual dan variasi kualitas ketika musim panen datang. Hal ini menjadi landasan bagi HIMITEPA untuk mengembangkan produk turunan/olahan dari jambu kristal  melalui program pemberdayaan masyarakat desa cikarawang.

Program dilakukan dalam bentuk pendampingan desa tani melalui proses pengembangan produk baru dan pengkomersialisasiannya. Produk yang dikembangkan adalah sari buah, permen, dan dodol dengan tetap berpegang pada prinsip penggunaan potensi lokal desa berupa sumber daya alam yang terdapat dalam jumlah banyak di Desa Cikarawang yaitu jambu kristal, sehingga dapat meningkatkan nilai tambahnya. Setelah warga desa yang terlibat dapat menguasai cara pembuatan produk tersebut, selanjutnya akan dilakukan simulasi produksi skala kecil yang disertai dengan pelatihan dan pembimbingan komerisialisasi berupa publikasi dan penjualan secara langsung dan online.