Jumat, 14 Desember 2012

GBBA


Oleh : Ari Fauzi Sabani

“GBBA”......apaan tuh? Mungkin itulah frase pertama yang akan terlontar dari mulut-mulut kering dengan aroma khas pagi hari dari para pemain figuran dalam cerita balada insan asrama.  Wajah mereka akan berdiversifikasi dalam berbagai bentuk tanda tanya sama halnya ketika mereka mempertanyakan kepastian dari main event “kiamat” yang disponsori oleh suku maya di benua amerika sana. Akan tetapi, ketika mulut toa kecil yang terletak di setiap sudut lorong dengan jarak kurang lebih 3 meter dari kamar mandi itu bergetar dan menyuarakan “Kepada seluruh Insan Asrama TPB IPB, hari ini akan diadakan GBBA (Gerakan Bersih Bersih Asrama)” sontak langsung terlihat updatean wajah apatis dengan sejuta keluhan.

Sebenarnya GBBA hanyalah acara bersih bersih biasa, akan tetapi dalam rangka mengantisipasi genosida para manusia apatis dengan sejuta tuntutan dan keluhan itu, maka GBBA diintegralkan dalam analogi sebuah nasi bungkus, dibungkus pake banyak doorprize, dan dikaretin sama kedatangan dosen pembimbing masing-masing asrama. Pada dasarnya, membersihkan dan menjaga kebersihan harus dilakukan setiap hari, akan tetapi dalam situasi krisis kepedulian khususnya di sekitar habitat spesies jantan, maka dibutuhkan sebuah formalisasi program kebersihan seperti halnya GBBA ini.

Setidaknya, acara GBBA ini mampu mengingatkan para insan asrama untuk menjalin hubungan lebih intim dengan kebersihan. Selain itu, program ini menjadi solusi yang tepat untuk memukul mundur dan meredam agresi kutu kasur yang telah melanda asrama dalam kurun waktu yang cukup lama. Dapat disimpulkan hari ini akan menjadi hari kebangkitan asrama dari kolonialisme kutu kasur yang telah mengakibatkan penderitaan beribu-ribu insan penerus bangsa. Sepertinya kemerdekaan dari kutu dan penyakit akan segera tercapai apabila persatuan dalam menggalang kebersihan ini terus dilakukan. Sebagai incubator para calon pemimpin bangsa, kebersihan asrama menjadi salahsatu faktor penentu keberhasilan penetasan insan-insan sukses yang akan memajukan bangsa ini.

Sabtu, 24 November 2012

NoAriNoHappyDesign



Balada Maha Pangan



Malam itu, aku laksana seorang napi tak bersalah yang memasung kakinya sendiri dengan kayu jati tua berwarna coklat menyala. Aku seakan ingin merobek semua skenario yang tak pernah ku lihat wujudnya saat itu. Adikku terus meneteskan ingus hijau pekat seakan ia memberi suatu pelepasan tanpa kerelaan, apalagi ibuku meski matanya terlihat gersang tapi jelas aku melihat sebuah fatamorgana oasis sedih kebahagiaan dalam hatinya. Ibuku terus menjejali satu-satunya tas bepergian yang ku punya dengan apa yang aku butuhkan, ia terus mengingatkanku akan sesuatu yang mungkin telah ku lupakan. Lalu, ku sentuh tangan kasarnya dan kuciumi pipinya, tangannya seakan menvisualisasikan bagaimana perjuangannya bertarung dengan bulir-bulir padi yang begitu gatal dan runcing. Lalu, aku pun berpamitan pada sang guru yang telah mengajarkanku berbagai ilmu tentang dua alam, bagiku ilmu yang ia berikan lebih berharga daripada yang ku dapatkan di perguruan formal.

Saat jarum di jam tanganku membentuk sudut 180 derajat antara angka 6 dan 12, aku pun pergi dengan menatap haru semua keluargaku, saat itu pun aku baru tersadar betapa eloknya kota yang telah kusetubuhi selama 15 tahun ini. Kala itu memang aku masih di temani oleh seorang pendonor gen paling banyak bagi diriku, itulah ayahku. Saat itu seakan semua tabir kesadaran dalam hidupku terungkap, selama ini aku buta tak pernah melihat suatu sisi paling indah dari mereka. 8 jam sudah pantatku merekat erat pada kursi sebuah bus eksekutif berlabel “Budiman”. Lalu, aku dan ayahku bergegas mengayunkan kaki dan menapakkan pada tanah sebuah persimpangan Bis tua khas kota hujan dalam keganasan yang terselimuti oleh indahnya malam. Jalanku tertatih, seakan-akan si buta yang terus meraba dan menapaki jalan. to be continued.....





#sabdAri

"Kenyataan hidup ini tak serumit analisis sosiologi. Kau tak harus meresume semua masa kelammu di masa lalu. Kau pun tak harus menggambarkan struktur hierarki yang terjadi dalam setiap harimu. Tapi kau hanya perlu mencinta untuk hidup yang hakiki dan murni" #sabdAri 

Cinta yang Murni

Oleh : Ari Fauzi Sabani

Kala muktamarmu tak pernah tertuju
Yakinlah kau terkantuk dalam kolokium hidupmu
Kala masalahmu terus berdiversifikasi
Yakinlah langkah hidupmu teralu mandiri

Rezim siapakah yang menguasai hatimu??
Meski kau komat-kamit sampai gigimu menguning kering
Tulangmu merapuh 
Tangan dan kakimu mengecil
Lalu kepala dan perutmu membesar
Semua itu tak menjadi kifarat bagimu
Dan akhirnya kau tinggallah tulang belulang yang tergagahi oleh debu kematian

Lalu apa yang salah?? Siapakah parasitnya??
Sadarlah.........................
Bahwa kau telah menjadi kanibal bagi dirimu sendiri
Cinta dalam jiwamu terkapar dan tak tau arah jalan pulang
Cinta yang murni itu bukan madu yang tak pernah kadaluarsa
Cinta yang murni itu cinta yang selalu kau perbaharui dengan imanmu

#sabdAri

"Menjadi penting belum tentu baik, tapi menjadi baik itu pasti penting" #sabdAri 

"Semakin kau dekat dengan sesuatu hal, maka peluang untuk menjauh terhadap sesuatu itu pun akan semakin besar" #sabdAri 

"Malulah pada nyamuk, meski rupanya buruk, tapi ia mampu membuat banyak orang di dunia bertahan hidup" #sabdAri 

"Hidup itu tentang memberi inspirasi. (No Ari No Happy)" #sabdAri 

"Sensasi paling indah dalam hidup ini adalah ketika kau mencintai dirimu dan menjadi dirimu seutuhnya" #sabdAri 

Minggu, 21 Oktober 2012

“MINGGU PAGI DI AGRICULTURAL UNIVERSITY”



Oleh : Ari Fauzi Sabani

Inilah potret minggu pagi di sekitar kampus pertanian yang paling tersohor di Indonesia. Realita ini menguak dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang pertama akan menghantarkan citra IPB sebagai kampus yang memasyarakat karena memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk menikmati sebagian fasilitas yang ada di kampus seperti Gladiator, sekitaran GWW. Sudut pandang yang kedua datang dari para mahasiswa IPB, sebagian merasa risih dengan banyaknya masyarakat yang berlalu lalang disekitaran kampus. Saya pun mempunyai potret jelek terhadap realita ini, bukan pemakaian tempat yang dipermasalahkan atau saya melarang masyarakat untuk masuk kampus IPB, tapi rasa tanggungjawab masyarakat terhadap pemakaian fasilitas tersebutlah yang sangat saya permasalahkan.

Saya selalu waswas dan riskan ketika hari minggu tiba, hipotesisnya pada hari itu kampus pertanian yang saya cintai ini akan dihiasi oleh sampah-sampah mencolok dengan bau yang menyengat, dan potret remaja yang berpacaran di tempat sepi sekitaran kampus. Dan hipotesis itupun jelas selalu terbukti setiap minggunya. Ini sangat bertolak belakang dengan visi misi IPB yang bercita-cita menjadi “World Class Univesity” yang tentu memperhitungkan aspek kebersihan, dan potret lingkungan serta sosial yang terjadi di kampus.

Apabila kita kaitkan dengan fenomena menjamurnya pamflet dan baliho kampanye para calon presiden dan wakil presiden mahasiswa, maka menurut pandangan saya permasalahan ini perlu diusung oleh para calon tersebut. Begitupun dengan akan segera digulirkannya pemilihan rektor baru Institut Pertanian Bogor, permasalahan ini perlu dijadikan pekerjaan rumah bagi siapa saja yang ingin menjadi rektor. Yang perlu dilakukan adalah pengontrolan dan pengawasan terhadap pemakaian fasilitas serta pembinaan terhadap masyarakat agar sadar dan mampu bertanggungjawab.

Rabu, 17 Oktober 2012

Cendramata dari Kewirausahaan



Oleh : Ari Fauzi Sabani

Menjelang bergulirnya ujian tengah semester tahun akademik 2012/2013, rabu (17/10/2012) beberapa kelompok perkuliahan Q TPB IPB mengikuti studium general matakuliah kewirausahaan. Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh mahasiswa yang berada di kelompok Q dengan tempat dan pembicara yang berbeda-beda untuk setiap kelompoknya. “Kelas kami QO8 kedatangan Ilyas Arief seorang wirausahawan yang berbisnis lele sangkuriang,” tutur Kresna komti kelas QO8.

“Studium general ini merupakan perkuliahan terakhir bagi mahasiswa TPB IPB, saya berharap dengan adanya studium general ini dapat lebih memotivasi dan menginspirasi mahasiswa untuk berwirausaha,” ungkap Dr. Andriyono Kilat Adhi seorang dosen matakuliah Kewirausahaan.

Mengingat matakuliah kewirausahaan tidak menyelenggarakan ujian tengah semester (UTS) sepertihalnya matakuliah yang lain, maka sebagai gantinya setelah mengikuti studium general ini mahasiswa ditugaskan untuk mereview dan meresume hal-hal yang mereka dapatkan dari perkuliahan selama setengah semester ini. “Tugas itu sebagai salahsatu indikator buat saya untuk memberikan nilai selain keaktifan didalam kelas. Dua pekan lalu pun , saya menugaskan mereka untuk observasi lapangan terkait kegiatan kewirausahaan, semoga semua itu menjadi pengalaman ataupun bekal bagi mereka apabila suatu hari nanti mereka   berwirausaha,” tutur Dr. Andriyono.

Beberapa mahasiswa mengungkapkan aspirasi yang postif terkait matakuliah kewirausahaan ini. “Meskipun hanya diselenggarakan selama setengah semester, matakuliah ini benar-benar menginspirasi dan memberikan sesuatu kepada saya, saya bertekad untuk bisa menghasilkan uang sendiri dengan berwirausaha agar tidak terus merepotkan orang tua” jelas Afrian ITP49.

Jiwa wirausaha sepertinya sudah melekat dalam diri mahasiswa TPB IPB berkat diadakannya matakuliah kewirausahaan , hal tersebut dapat dilihat dari antusiasme beberapa mahasiswa yang mulai berwirausaha kecil-kecilan seperti berdagang donat ataupun snack didalam kelas.

Minggu, 14 Oktober 2012

Paradigma Matakuliah "Olahraga & Seni"

Telah menjadi suatu rutinitas saya bangun dan mandi lebih pagi dari hari-hari biasa apabila hari jumat telah tiba, hal itu saya lakukan karena harus mengikuti perkuliahan matakuliah “Olahraga dan Seni” yang dimulai setiap pukul 06.00 WIB. Kala itu (12/10/12) dengan jiwa yang belum terkumpul sempurna saya bergegas untuk pergi ke Gymnasium.
Sejak awal saya kurang antusias terhadap matakuliah ini, karena saya selalu berpikir matakuliah ini sangat tidak penting. Tapi, paradigma itu pun hilang setelah apa yang saya lakukan dan rasakan saat itu. Seperti yang selalu dikatakan oleh dosen olahraga yang bisa saya kategorikan “killer”, bahwa ketika kita akan melakukan olahraga, kita harus melakukan pemanasan terlebih dahulu agar kita tidak mengalami cedera, lalu saya pun melakukan pemanasan itu dengan kecut muka.
   
Dosen itu pun menjelaskan tentang apa yang akan dipelajari hari itu, dengan muka tidak bersemangat saya pun mendengarkan penjelasannya dengan kurang baik, sehingga saya pun tidak begitu mengerti dengan apa yang dijelaskannya. Setelah itu, seluruh mahasiswa disuruh untuk melakukan gerakan sesuai dengan apa yang telah ia jelaskan tadi, karena saya tidak mengerti apa yang ia jelaskan tadi, saya pun hanya mengikut apa yang dilakukan teman-teman saya.
Hal pertama yang saya lakukan yaitu sit up, sebuah gerakan yang dilakukan dengan berbaring diatas lantai dan lutut ditekuk, serta tangan dibelakang kepala, lalu mengangkat vertebra atas dan bawah dari lantai. Gerakan tersebut dilakukan untuk melatih kekuatan otot perut dan pinggul. Gerakan kedua yang saya lakukan adalah push up, gerakan yang dilakukan seperti tengkurap dengan kedua tangan menopang badan lalu mengerakan badan ke atas dan ke bawah dengan tujuan untuk melatih otot bisep dan trisep.
Setelah itu, kita melakukan gerakan back up, gerakan yang dilakukan dalam posisi telungkup lalu tangan disimpan didagu, kemudian mengangkat badan setinggi mungkin. Selain ketiga gerakan tadi, saya disuruh untuk melakukan gerakan knee up, jumping jack, dan gerakan dasar bulutangkis. Keenam gerakan tersebut dilakukan dalam rentan 120 detik untuk setiap gerakan. 
Setelah selesai melakukan gerakan itulah paradigma saya berubah, meskipun saya merasakan kelelahan yang luar biasa sampai-sampai lantai pun becek oleh keringat saya, tapi saya merasakan sensasi kenyamanan tubuh yang luar biasa, susunan tulang-tulang saya seakan tersusun rapih sesuai sendinya masing-masing, dan saya pun merasa lebih bugar dan kuat. 
Dari semua kejadian itu, saya dapat menyimpulkan bahwa diadakannya matakuliah “Olahraga dan Seni”, didasari oleh tujuan untuk membentuk mahasiswa TPB yang berjasmani sehat, kuat dan bugar. Semua itu sangat penting mengingat aktivitas mahasiswa TPB yang cukup padat dan berat, sehingga perlu didukung oleh kondisi jasmani yang memadai. Apabila semua hal itu diabaikan, maka akan berakibat fatal terhadap proses perkuliahan dan pengembangan diri mahasiswa TPB. 

Oleh : Ari Fauzi Sabani

Rabu, 10 Oktober 2012

LISTRIK PADAM, ASRAMA MENGGERAM!





Gangguan aliran listrik atau lebih dikenal dengan nama mati lampu kembali terjadi di lingkungan asrama TPB IPB, Kamis (04/10/2012). Gangguan tersebut terjadi mulai pukul 17.00 WIB, kejadian ini menjadi yang pertama sejak mahasiswa angkatan 49 menempati asrama juni lalu. Menurut informasi, padamnya aliran listrik  ini diakibatkan terjadinya suatu kerusakan/gangguan di sebuah gardu listrik yang terletak di Cibinong.

Para mahasiswa sangat menyesalkan kejadian ini karena sangat berdampak terhadap rutinitas mereka, terutama dalam hal pengerjaan tugas-tugas kuliah yang cukup banyak. Selain itu, Terputusnya aliran listrik pun berdampak terhadap pasokan air di asrama yang notabenenya merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi para mahasiswa. “Kejadian ini cukup membuat sengsara, mandi gak bisa, tugas belum dikerjain, bahkan untuk wudhu pun gak bisa,” tutur Yusuf (PTN49) salahseorang penghuni asrama putra C1.

Sebagian mahasiswa pun berinisiatif pergi ke masjid Alhurriyah untuk mencari air dan penerangan. Namun, sebagian lagi ada yang memutuskan untuk tetap berada di asrama dalam kegelapan sambil bergurau antar teman. Saat kejadian itu, ada suatu hal kreatif yang dilakukan beberapa mahasiswa dengan memanfaatkan fenomena mati lampu sebagai peluang untuk mencari uang, beberapa mahasiswa itu berkeliling menjual lilin dan korek api ke lorong-lorong dan kamar-kamar.

“Saya berharap ada genset di asrama putra, supaya kalau mati lampu lagi kita gak kesusahan,” tutur Imam (ITP49).

Akhirnya, listrik kembali menyala sekitar pukul 21.30 WIB, sontak para mahasiswa pun berteriak kegirangan.

Oleh : Ari Fauzi Sabani



Senin, 08 Oktober 2012

PROBLEMATIKA MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI DI LINGKUNGAN IPB


PROBLEMATIKA MAKANAN SEHAT DAN BERGIZI DI LINGKUNGAN IPB

Kesehatan merupakan sebuah keharusan yang dibutuhkan oleh manusia, kesehatan sangat bersinkronisasi dengan  apa yang manusia masukan kedalam mulutnya. Tak heran apabila semua orang menganggap bahwa makanan minuman sehat dan bergizi adalah hak asasi yang harus didapatkan. Namun, sungguh sangat ironi apabila kita melihat suatu pendeskripsian tentang makanan dan minuman sehat dalam ruang lingkup kawasan Institut Pertanian Bogor. Keberadaan kampus IPB ini memang telah membangkitkan gairah ekonomi yang luar biasa serta mampu menciptakan suatu simbiosis mutualisme yang sangat kuat diantara masyarakat. Kedai makanan, warteg, rumah makan, dan kantin merupakan salahsatu indikasi pertumbuhan perekonomian masyarakat sebagai hasil dari suatu hubungan yang saling menguntungkan itu. Sebagai kampus yang berdomisilikan manusia berjenis mahasiswa dari berbagai pelosok negeri, maka para mahasiswa ini sangat membutuhkan suatu perangkat yang mampu mengatasi nafsu makan mereka yang setiap harinya tak bisa dihentikan.
Keberadaan warung-warung makan ini sendiri telah menempatkan diri pada salahsatu segi kehidupan penyokong aktivitas para mahasiswa. Namun, perannya saat ini dalam memenuhi kebutuhan para mahasiswa belum sempurna dan belum sesuai dengan yang diharapkan. Aktivitas mahasiswa IPB yang sangat menguras tenaga dan pikiran menuntut mereka harus mendapatkan asupan makanan yang sehat dan bergizi agar mereka dapat bertahan dalam menempuh pendidikan di IPB. Pada faktanya, kebanyakan penyedia makanan di sekitaran kampus hanya mengusung aspek estetika cita rasa dan belum memperhatikan aspek penting lainnya sepeti gizi dari makanan yang dijual, estetika tempat, dan kebersihan makanan maupun tempatnya.
Hal itu menjadi tugas responsi realita yang harus diemban oleh penjual makanan, dan pihak pengelola dari IPB sendiri. Pihak pengelola dari IPB harus mampu mensosialisasikan standar yang sesuai serta mengontrol proses jual beli makanan itu sendiri dalam kaitannya terhadap pengimplementasian standar yang telah ditetapkan. Permasalahan ini menjadi sesuatu yang sangat penting dan urgen karena menyangkut kelangsungan hidup para mahasiswa.Oleh karena itu, tindakan nyata sebagai pemecahan dari permasalahan ini perlu dilakukan segera dan tidak bisa ditunda-tunda.      

Oleh : Ari Fauzi Sabani

Rabu, 03 Oktober 2012

Analisis Ragam Kebudayaan 2


MK SOSIOLOGI UMUM                                                      

Nama Praktikan
Ari Fauzi Sabani ( F24120073 )

Pembaca surat kabar di Medan seakan dibombardir dengan iklan yang mengajak agar masyarakat Batak Toba mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pagosit (bahasa sub-etnik Batak Toba untuk menyebut daerah tempat tinggal mereka di Sumatera Utara, tepatnya di sekitar Danau Toba) yang dipasang oleh Parbato (Pertungkoan Batak Toba). Ompu Monang Napitupulu selaku ketua dari Parbato mengatakan pentingnya tiap etnis di Indonesia punya kesadaran diri untuk menggalang solidaritas kecil yang akan berguna untuk membangun solidaritas Indonesia secara keseluruhan.
Ompu Monang Napituulu yang bernama aslikan Daniel Napitupulu, mengaku bahwa namanya yang sekarang diambil dari nama cucu pertamanya. Hal tersebut merupakan bentuk kehangatan kekerabatan budaya Batak Toba. Bentuk kehangatan kekerabatan lainnya juga tersaji dalam acara perkawinan, dimana tiap orang akan merasa penting dan punya hubungan kekerabatan dekat dengan mempelai. Sisi positifnya, hal tersebut membentuk suatu kekerabatan yang penuh tanggung jawab dan kepedulian antar kerabat. Namun, sisi negatifnya dari acara perkawinan tersebut mencerminkan pemborosan uang dan waktu. Pemborosan tersebut terlihat dari proses pemberian nasihat dari banyak orang terhadap mempelai yang kurang efektif dan membuang-buang waktu karena isinya sama saja, serta pada acara pengulosan. Selain itu juga, menurut Ompu Monang, pembangunan makam-makam yang nilainya dapat mencapai ratusan juta rupiah merupakan salah satu bentuk penyelewengan adat Batak Toba karena dijadikan ajang persaingan gengsi antar keluarga. 
          Sebagai bentuk harapannya untuk memutuskan penyelewengan adat Batak Toba dalam wujud pemborosan uang dan waktu, maka pada pesta perkawinan anak perempuannya, ia akan melaksanakannya dengan caranya sendiri yang lebih efektif namun tidak keluar dari adat Batak Toba. Dalam pesta tersebut, ia membatasi pemberian ulos dan meniadakan nasihat-nasihat dari banyak orang.  

ANALISIS RAGAM KEBUDAYAAN

UNSUR
Wujud
Idiil
Aktivitas
Fisik
1. Bahasa
Pola komunikasi dan berbahasa dalam bentuk mengajak masyarakat untuk mengusir perusahaan yang merusak lingkungan Bona Pasogit.
Watak orang Batak dikenal suka berbicara keras dan ceplas ceplos.

Memasang iklan ajakan itu dalam surat kabar.
Iklan ajakan dimuat di surat kabar.
2. Sistem Teknologi
Kebutuhan akan kain Ulos
Membuat Ulos dengan menggunakan tangan atau ditenun dan membuat Ulos dengan menggunakan mesin
Kain Ulos hasil tenunan dan hasil buatan mesin.
3. Sistem Ekonomi
Sisi negatif kekerabatan Adat Batak Toba atau penyelewengan Adat Batak Toba. Persaingan gengsi.
Pemborosan uang saat acara pernikahan dan pembuatan makam yang dapat mencapai ratusan juta rupiah.
Kain ulos dan makam.
4. Organisasi Sosial
Hubungan kekerabatan yang erat dalam budaya Batak Toba sehingga terhimpun dalam satu organisasi.
Membentuk Organisasi Patoba.
Organisasi Parbato atau Pertungkoan Batak Toba, sebuah organisasi kesukuan yang berdiri pada bulan agustus 1997.
   5.Sistem Pengetahuan
Rasa tanggung jawab dan kepedulian antar kerabat terhadap pendidikan anak-anak sudah menjadi tanggung jawab kolektif
Menyekolahkan anak-anak.
Hampir tidak ada orang Batak Toba yang buta huruf dan orang Batak Toba yang berprofesi sebagai dokter relatif banyak.
6. Kesenian
Adat perkawinan masyarakat Batak Toba.
Acara perkawinan Batak Toba yang memberikan mempelai kain ulos, memberikan nasehat-nasehat kepada mempelai.
Pengulosan, Pemberian Nasehat.
7. Sistem Religi





Dalam artikel ini terlihat proses gerak kebudayaan dalam bentuk diversitas kebudayaan. Hal ini terwujud dari sikap  Ompu Monang Napitupula dan masyarakat Batak Toba untuk mempertahankan adat istiadatnya.

Analisis Ragam Kebudayaan


MK SOSIOLOGI UMUM                                                    
Nama Praktikan
Ari Fauzi Sabani ( F24120073 )

KEHIDUPAN SUKU DAYAK KENYAH DAN MODANG DEWASA INI INVENTARISASI SEBUAH PROSES KEMISKINAN
Franky Raden

            Kesenian dalam masyarakat suku Dayak Kenyah dan Modang merupakan konteks gerak kehidupan sehari-hari. Daerah pemukiman suku-suku tersebut yang terletak di wilayah kecamatan Ancalon, Kabupaten Kutai dengan Kota Tenggarong merupakan daerah yang terisolir. Suku Dayak sendiri dikenal sebagai suku yang yang hidup dalam suatu keutuhan kebudayaan dan sistem nilai yang khas. Namun, semua itu berubah sejak kedatangan misionaris Belanda yang membawa agama baru ke daerah ini. Sejak saat itu, konflik dan perpecahan pun terjadi dalam intern suku Dayak, sehingga mereka yang menganut agama baru pun memutuskan untuk meninggalkan daerah asalnya.
            Di daerah baru itu, mereka mengalami suatu goncangan perubahan mekanisme kehidupan. Sektor perekonomian merupakan sektor yang paling terlihat terkena dampak goncanggan tersebut. Mereka berubah menjadi masyarakat yang sangat ketergantungan terhadap pihak lain. Ketergantungan dan ketidakmandirian itu merupakan cikal bakal dari proses pemiskinan yang terjadi kepada mereka. Akan tetapi, proses pemiskinan ini bukan hanya menimpa sektor ekonomi, lebih parahnya proses ini pun menimpa kebudayaan dan kesenian mereka. Contohnya, Lamin yang merupakan manifestasi dari tata cara pemerintah dan susunan masyarakat serta merupakan titik sentral dari aktivitas kehidupan mereka dalam ruang penghayatan kebersamaan yang eksistensial, akhirnya tereduksi menjadi bangunan megah yang mati karena setiap keluarga saat ini sudah mempunyai rumah sendiri. Akibat dari proses desentralisasi ini yaitu kesenian menjadi terpisah dari kehidupan sehari-hari mereka. Terciptanya kondisi demikian ini, tidak dapat dilepaskan dari penanganan dan tanggungjawab pemerintah daerah. Tetapi usaha yang telah dilakukan pemerintah hanya menjebak mereka ke dalam masalah yang rumit karena ketidakpahaman pemerintah terhadap permasalahan yang terjadi.
Menurut suku Dayak, tanggalnya sebuah roda kehidupan yang menggerakkan seluruh sistem nilai mereka, merupakan titik awal dari munculnya khaos. Dari sini jelas bahwa proses pemiskinan yang mereka alami adalah proses pemiskinan nilai secara keseluruhan di tiap sisi kehidupan.
            Permasalahan ini adalah miniatur tentang permasalahan yang terjadi di negeri ini. Bukan semata-mata pemiskinan ekonomilah yang terjadi, tapi pemiskinan yang dilakukan oleh kebudayaan modern/barat terhadap sistem nilai kebudayaan kita yang efeknya jauh lebih berbahaya.

Analisis Ragam Kebudayaan
UNSUR
WUJUD
Idiil
Aktivitas
Fisik
1. Bahasa
Pola komunikasi dan berbahasa
Terjadi Komunikasi total yang sarat dengan emosi yang mampu menstimulir vitalitas mereka.
Pantun dan cerita-cerita historis
2. Sistem Teknologi
Masuknya kebudayaan luar/kota
Menggunakan teknologi modern seperti kaset, radio, dsb.
Radio, kaset.
3. Sistem Ekonomi
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
·    Beraladang dan bertani, lalu menjual hasilnya kepada tengkulak. Jual beli dan sistem barter yang terjadi antara masyarakat dayak dengan tengkulak.
Pasar, perahu dagang, barang yang dijual dan dibeli, uang.
4. Organisasi Sosial
Kerinduan masyarakat suku Dayak untuk menjalankan nilai-nilai kultural tradisi mereka yang dahulu.
Mereka berkumpul di warung-warung sambil bercakap-cakap dan meminum minuman keras atau di rumah-rumah sambil berjudi.
Terdapat masyarakat suku Dayak di warung-warung atau di di rumah-rumah tertentu.
  5. Sistem Pengetahuan
Peristiwa kesenian yang mengandung nilai-nilai sosial dan pendidikan moral yang terwujud dalam aktivitas kehidupan sehari-hari mereka.
Pendidikan informal yang tersaji dalam nilai-nilai sosial kehidupan mereka yang melibatkan kanak-kanak sampai kakek-kakek.
Pendidikan formal yang disodorkan pemerintah.
Perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat Dayak.

Sekolah formal pemerintah.
6.Kesenian
Tradisi tempat tinggal.
Masyarakat Dayak dahulu membuat Lamin sebagai tempat tinggalnya.
Lamin
7. Sistem Religi
Tradisis Kepercayaan lama yang dianut dan kedatangan misionaris Belanda yang membawa agama kristiani.
Sebagian masyarakat Dayak tetap memeluk kepercayaan lama. Sebagian masyarakat pindah ke agama baru.
Terbentuknya kelompok suku Dayak yang menganut agama baru.

Dari artikel ini terdapat dua jenis gerak kebudayaan. Sebagian masyarakat suku Dayak mengalami integrasi kebudayaan melalui masuknya ajaran baru dan kebudayaan dari kota, lalu lama kelamaan mereka mulai meninggalkan kebudayaan aslinya. Sebagiannya lagi mengalami diversitas kebudayaan karena mereka tetap mempertahankan kebudayaan mereka.