Jumat, 07 September 2012

Pertanian....Sang Proklamator yang Terlupakan


Tak terelakan modul kehidupan zaman sekarang memang telah dikemas secara modern. Jiwa-jiwa pemuda tak berdosa menjadi bidikan tepat dalam mengubah semua paradigma sosial, ekonomi, dan pendidikan. Jiwa membara dan menggelora itu diterjemahkan sebagai modal untuk menambang semua kuantitas kehidupan.

Mungkin paragraf itu hanyalah sebuah pengantar realita kehidupan yang dapat saya simpulkan, saya hanyalah seorang mahasiswa sebuah kampus di dalam rindangnya kota hujan yang tak punya kemampuan dan hak untuk mengiris tipis setiap sudut kehidupan.Namun, saya sedih ketika harus mendengar kicauan-kicauan kesalahpahaman dari paruh-paruh ketidaktahuan dan ketidaksadaran itu terlontar jelas disela-sela kotoran telinga saya. Saya sedih ketika komitmen saya disandikan sebagai kecelakaan jatuh ke lobang kebuntuan yang gelap seakan hutan. Saya sedih ketika pilihan saya dianggap sebagai keterluntaan di tengah-tengah lautan biru berdomisilikan ikan hiu. Saya sedih ketika pencapaian saya disamakan sebagai keterdamparan di tengah-tengah sawah yang terperjakai oleh kotornya lumpur dan tercumbui oleh panasnya sinar matahari.

Namun..............kesedihan itu adalah surga bagi saya, dari tengah-tengah kebuntuan hutan itu saya dapat merasakan suntikan oksigen-oksigen segar menusuk-nusuk kedalam hidung persia saya, saya dapat melihat indahnya tarian erotis dan adegan panas para binatang liar yang membuat mereka tidak dapat disingkirkan dari rantai kehidupan. Dari tengah-tengah lautan itu saya dapat merasakan nikmatnya sirip ikan hiu, ataupun bergizinya ikan salmon yang membuat tubuh saya bergelinjangan. Dari tengah-tengah sawah itu saya dapat mengetahui bahwa padi adalah seorang germo dan nasi adalah seorang gigolo, ia dibayar untuk menjadi pemuas nafsu berjuta rakyat di negeri ini baik perempuan  ataupun laki-laki.

Itulah pertanian, meski ia telah memerdekakan jutaan orang dari kelaparan dan kehausan, ia tak pernah dianggap sebagai juragan. Meski ia telah menyulap orang-orang sehingga dapat menggali tambang, dapat mengobati orang sakit, dapat mengembangkan teknologi yang super canggih tapi masih banyak orang yang menganggapnya tak punya harga diri.

Sampai saat ini kotoran telinga saya yang kuning dan pekat belum pernah tergetar kearena mendengar seorang guru yang menyarankan muridnya untuk bergelut di dunia pertanian. Sampai saat ini,  kenapa  saya hanya melihat sedikit kebanggan di raut wajah seorang guru/teman yang memberi selamat kepada murid/temannya yang masuk ke jurusan pertanian. Sampai saat ini, kenapa saya melihat orang-orang begitu membanggakan dan mengagungkan seorang siswa yang masuk jurusan teknik atau kedokteran. Sampai saat ini, kenapa saya belum pernah melihat ada  bimbel yang menjadikan siswanya yang masuk pertanian sebagai model percontohan untuk promosi ke sekolahan. Orang akan menganggap bahwa pernyataan itu bersifat subjektif karena saya adalah mahasiswa pertanian.Tapi, Ingatlah bukan para mahasiswa pertanian dan perguruan tingginya yang butuh sebuah pengakuan. Akan tetapi...............

Seluruh masyarakat Indonesialah yang butuh pengakuan itu, pengakuan bahwa masyarakat Indonesia butuh pertanian untuk menunjang semua bidang kehidupan.

Ir. Soekarno "Pertanian adalah tentang hidup matinya sebuah bangsa"



by : Ari Fauzi Sabani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar